(Muaz, S.Ag, MM: Manajer LSR GLC Indonesia)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya adalah tingkah laku, gerak gerik dan sikap. Sedangkan belajar adalah menuntut ilmu. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses aktif untuk menuju satu arah tertentu yang dapat meningkatkan perbuatan, kemampuan atau pengertian baru.
Berdasarkan rumusan tersebut, perubahan dalam rumusan pengertian belajar tersebut dapat menyangkut semua aspek kepribadian individu, yang di dalamnya menyangkut penguasaan, pemahaman, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi dan sebagainya. Demikian juga dengan pengalaman; ini berkenaan dengan segala bentuk membaca, melihat, mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, dan sebagainya.
Menurut Nasution, gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.
Sedangkan menurut Adi W. Gunawan, pengertian gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yamg jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.
Para peneliti menemukan adanya berbagai macam gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori tertentu, dengan kesimpulan bahwa :
- Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut dengan gaya belajar.
- Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu
- Kesesuaian gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Dengan demikian siswa yang mempunyai keragaman gaya belajar yang variatif dan untuk diharapkan akan dapat tercipta suasana belajar yang kondusif.
Jasmine (2012:11) : teori Multiple Intelligences adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat bergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajaran.
Teori Multiple Intelligences hanya mengakui perbedaan indiviadual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar bahkan menarik dan sangat sederhana.
Tidak menjadi soal, apakah ada jenis kecerdasan lebih banyak atau tidak, kesembilan kecerdasan yang ditawarkan oleh Gardner kepada kita adalah langkah raksasa menuju suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.
Kecerdasan linguistik dam logos-matematik adalah kecerdasan yang paling terkenal dan dimaklumi dalam masyarakat kita sekarang ini. Keduanya adalah kecerdasan yang bisa menjamin keberhasilan dalam tes-tes IQ dan SAT (student aptitude test = tes bakat kecerdasan siswa) karena mereka adalah kecerdasan yang menjadi sasaran tes ketika pertama kali tes-tes dirancang. Siswa yang memiliki dan mengembangkan kecerdasan linguitik dan logic-matematik dijamin pasti berhasil dalam situasi sekolah tradisional. Namun keberhasilan di sekolah bukan alat peramal yang baik bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan yang sebenarnya kelak (Garder, 1983). Makin banyak kita memilliki suatu kecerdasan tetentu yang kita bawa sejak lahir, makin mudah kita menjadi orang sukses dalam ranah tersebut.
Motivasi dan pengajaran yang bagus bisa membantu untuk meningkatkan pemungsian ranah-ranah kecerdasan kita yang lemah, walaupun mungkin tidak akan sekuat ranah-ranah yang sejak awal memang berlevel tingi (Sylwester, 1995). Sebaliknya, kecerdasan yang kuat agaknya tidak berpengaruh dari pengajaran formal. Para ilmuwan kognitif menyatakan bahwa potensi otak bawaan kelahiran kita dipadukan dengan pengalaman yang dimiliki pada masa kanak-kanak akan menghasilkan setidaknya level fungsional dasar (Sylwester, 1995), dari setiap jenis kecerdasan. Level-level ini dapat ditingkatkan dan dikembangkan lebih lanjut baik secara sengaja atau kebetuklan melalui pengalaman-pengalaman yang kita jalani stelah kanak-kanak.
Barbara Prashing (2007: 93) guru yang menginginkan sukses harus tahu apa yang ada di dalam kepala muridnya. Pengetahuan gaya belajar membantu para guru melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap murid. Gaya setiap orang merupakan kunci sukses seumur hidup. Penelitian tentang gaya belajar telah menjelaskan alasan mengapa anak-anak tertentu dalam keluarga yang sama memperlihatkan kinerja yang bagus di sekolah, sementara saudara kandungnya tidak. Penelitian mengungkapkan adanya perbedaan2 gaya diantara murid-murid. Ditemukan perbedaan gaya antara gur dan murid bagaimana gaya anak murid-murid laki-laki berbeda dengan gaya anak perempuan dan mengungkapkan alasan mengapa sebagian anak mampu belajar membaca dengan mudah, sementara yang lainnya harus berjuang untuk itu.
Meskipun para guru mengaku mengenal para muridnya dengan baik, menurut penelitian mereka tidak dengan tepat mengidentifikasi semua karakteristik gaya belajar muruid-muridnya. Ada beberapa spek yang sama sekali tidak bisa diamati. Karena itu diperlukan alat penilai atau instrumen riset.
Meskipun para guru mengaku mengenal para muridnya dengan baik, menurut penelitian merekea tidak dengan tepat mengidentifikasi semua karakteristik gaya belajar muruid-muridnya. Ada beberapa spek yang sama sekali tidak bisa diamati. Karena itu diperlukan alat penilai atau instrumen riset.
Parashing (2007:101) Learning Style Research (LSR) menjelaskan unsur individu al dan saran tentang cara terbaik memanfaatkan kekuatan pribadi. Apabila rekomendasi LSR ditindaklanjuti, perilaku dan konsentrasi membaik, stres yang terkait dengan sekolah berkurang.
Peralatan belajar multi indrawi terdiri atas alat-alat belajar yang dibuat sesuai kebutuhan untuk semua gaya yang berbeda ketika menyerap informasi. Selain program pengajaran tradisional yang sifatnya seragam, maka sekarang kita sudah bisa mendaptkan program belajar yang dibuat sesuai kebutuhan dan dipercepat bagi individu-individu yang berbeda dalam kelompok siswa yang lebih besar.
Prashing (2007:107) Para guru perlu tahu manfaat pengetahuan gaya belajar agar bisa memperbaiki praktik mengajar mereka. Manfaat LSR bagi siswa: 1) memperoleh pengetahuan tentang diri-dendiri, 2) memahami kekuatan dan lemahan dalam belajar, mengingat dan memecahkan masalah, 3) mengingjatkan keterampilaan belajar, 4) mencegar terjadinya salah paham anatar siswa dan guru atau oratua siswa, 5) meningkatkan motivasi belajar, 6) meningkatkan penghargaan diri dan kepercayaan diri, menciptajan lingkungan belajar yang sesuai dengan preferensi gaya sejati mereka, 7) dibiarkan belajar dg cara mrk, 8) merencanakan karir masa depan.
Ternyata setiap manusia mempunyai banyak kecenderungan kecerdasan, tidak hanya terbatas pada satu atau dua kecerdasan saja. Setiap anak mempunyai potensi untuk cerdas bahasa, cerdas angka, cerdas gambar, cerdas gerak, cerdas bergaul, cerdas diri, cerdas musik dan cerdas alam.
Setiap kecenderungan kecerdasan adalah menjadi potensi bakat anak-anak kita. Learning Style Research (LS Research) adalah alat riset yang akan mengetahui potensi setiap kecerdasan anak kita. Ternyata kecerdasan seorang anak tidak dapat dinilai dari alat tes apapun.
Penelitian terbaru mengatakan bahwa kecerdasan seorang anak dapat diketahui dari kebiasaan anak tersebut.
Kebiasaan adalah perilaku yang diulang-ulang. Kebiasaan tersebut
bersumber dari 2 hal, yaitu bagaimana anak tersebut terbiasa kreatif dan
bagaimana anak itu terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Strategi Sukses Pendidikan Anak
- Memahami tahapan perkembangan otak anak
- Kemampuan menemukan bakat anak pada usia dini.
- Memahami mulitple intelligence (kecerdasan jamak) anak.
Perkembangan Otak Anak
- GOLDEN AGE, Benjamin S. Bloom, dalam Stability and Change in Human Characteristic membuktikan bahwa 50% kemampuan belajar seseorang ditentukan dalam 4 tahun pertamanya. 30 % yang lainnya dikembangkan dalam usia ke delapan. Hal-hal lain yang seseorang pelajari sepanjang hidup akan dibangun di atas dasar tersebut.
- Potensi anak menjadi BAKAT apabila:
- Anak diberikan kesempatan kebebasan berekspresi sesuai dengan perkembangan otaknya.
- Anak berkembang dalam suasana rumah dan sekolah yang nyaman dan menyenangkan.
- Anak beraktivitas tanpa ada paksaan, tekanan dan hukuman
- Anak belajar dengan cara belajarnya, yaitu cara yang disukainya.
Redefinisi Kecerdasan Oleh Gardner
- Potensi kecerdasan manusia sangat luas dan sesuai dengan perkembangan kebudayaan, tidak direduksi dalam batasan sempit dan parsial.
- Kecerdasan bukan di dapat dari keturunan (euginics), atau keunggulan budaya atau ras.
- Kecerdasan tersebut dapat berkembang, tidak bersifat tetap dalam bentuk nilai konstan.
- Kecerdasan anak adalah sesuatu yang dapat diketahui dengan penglihatan kemampuan seorang anak tersebut. Bukan dengan seperangkat tes yang cenderung mengetahui ketidak mampuan seorang anak.
- Kecerdasan tidak dapat dinilai dari test, yaitu sebuah tindakan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan atau tidak akan pernah dilakukan lagi.
- Kecerdasan lebih berkaitan dengan kebiasaan yang mempunyai kemampuan terhadap 2 hal, yaitu (1) memecahkan masalah dan (2) menciptakan produk-produk baru yang bernilai budaya.
9 Kecerdasan Dari Howard Gardner
- Kecerdasan seseorang melingkupi Linguistic Int. (cerdas bahasa);
- Logic-Mathematics Int. (cerdas logika dan angka);
- Visual-spatial Int. (cerdas gambar);
- Musical Int. (cerdas musik);
- Kinesthetic Int. (cerdas gerak);
- Interpersonal Int. (cerdas bergaul);
- Intrapersonal Int. (cerdas diri);
- Naturalis Int. (cerdas alam);
- Eksistensial Int. (cerdas spiritual)
Implementasi MI Dalam Dunia Pendidikan
- Pada INPUT, dengan melakukan riset gaya belajar siswa dengan LSR .
- Pada PROSES, dengan penyesuaian gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa.
- Paradigma Sekolah Unggul, dengan indikator:
- Sekolah yang dalam proses belajar mengajarnya EFEKTIF, yaitu : mampu menimbulkan, menjaga antusiasme siswa dalam belajar dan berhasil dalam prestasi akademik.
- Sekolah yang mempunyai guru-guru PROFESIONAL yaitu cara mengajar yang EFEKTIF dan berkualitas
Laporan Hasil Lerning Style Research (LSR)
Isi laporan Learning Style Research (LS Research) merupakan deskripsi yang meliputi:
- Kecenderungan kecerdasan siswa/anak
- Gaya belajar anak
- Kegiatan kreatif yang disarankan
- Jenis permainan yang disarankan
- Dsikripsi khusus, misalnya pemilihan jurusan di SMA atau perguruan tinggi
Manfaat Learning Style Research (LS RESEARCH) bagi guru :
Learning Style Research (LS Research) yang diterapkan di sebuah sekolah akan berguna dan menjadi informasi yang berharga bagi setiap guru. Kecenderungan kecerdasan yang dipunyai oleh setiap anak menunjukkan bagaimana gaya belajar anak tersebut. Apabila guru mengetahui gaya belajar siswanya dengan LSR, maka guru akan dengan mudah menyamakan gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswanya. Sehingga bagi siswa tidak ada pelajaran yang sulit. Bidang studi apapun akan dirasakan mudah oleh siswa sebab disampaikan sesuai dengan gaya belajar siswa tersebut.
Manfaat Learning Style Research (LS Research) bagi orang tua :
Hasil Learning Style Research (LS Research) akan member informasi kepada orang tua tentang beberapa hal penting antara lain :
- Orang tua mengetahui kecerdasan anaknya dari banyak kecerdasan. Sehingga orang tua mempunyai keyakinan bahwa anaknya adalah anak yang pandai dan mempunyai potensi.
- Orang tua akan mengetahui bakat-bakat terpendam anaknya, yang diharapkan bisa dikembangkan .
- Orang tua mengetahui cara dan pola pendekatan komunikasi kepada anak-anaknya.
- Orang tua mengetahui kegiatan-kegiatan kreatif yang disarankan dilakukan bersama anaknya.
- Orang tua mengetahui jenis-jenis permainan yang sesuai dengan kecenderungan kecerdasan anaknya, sehingga terus dapat mengembangkan lebih baik.